Ad Code

Responsive Advertisement

Ketupat Sejarah dan Filosofi http://ift.tt/2s2nfeX

Detik.in – Ketupat atau kupat merupakan makanan pengganti nasi yang terbuat dari beras. Beras tersebut dibungkus dalam anyaman daun kelapa muda yang biasa disebut dengan janur dan menggunakan keterampilan tertentu. Meskipun pengganti nasi, ketupat bukanlah makanan utama yang dapat disajikan seperti nasi. Dalam pembuatan kulit ketupat diperlukan seni, kesabaran, dan keahlian khusus, agar dapat selesai dengan cepat dan hasil yang baik. Begitu pula untuk menjaga kepadatan dan dapat bertahan lama, ketupat perlu dimasak dengan penuh perhatian dan teknik yang baik dalam pembuatannya.

 

Jika menilik sejarah perjalan ketupat di Indonesia, pada awalnya ketupat lahir ketika agama Islam mulai masuk ke Nusantara. Untuk melakukan penyebaran agama Islam di Nusantara, salah satu walisongo yaitu Raden Mas Sahid yang biasa disebut dengan Sunan Kalijaga, memperkenalkan tradisi ketupat secara Islam pada masyarakat yang sebelumnya juga sudah mendirikan tradisi ketupat, sebagai bentuk dari akulturasi budaya.

 

“Kendati ketupat dijadikab ikon Islami dalam konteks peristiwa Idulfitri, namun bukan berarti bau hadir di Nusantara sejak adanya pengaruh agama dan budaya Islam (abad XV-XVI M), namun jauh lebih awal. Terbukti oleh adanya sebutan “kupat” atau kata jadiannya “khupat-kupatan, akupat, atau pakupat” dalam Kakawin Kresnayana (13.2, 31.13), Kakawin Subadra Wiwaha (27.8), Kidung Sri Tanjung (36.f) dan “kupatay” dalam Kakawin Ramayana (26.25). Hal ini menjadi petunjuk bahwa sebagai penganan kupat telah hadir semenjak Masa-Hindu Buddha — embrionya telah ada pada abad IX dan lebih marak lagi abad XIV-XV M.” (Dwi Cahyono)

 

Selain sebagai sebuah karya, ketupat merupakan simbol yang memiliki makna dan pesan mengenai kebaikan. Seperti diantaranya yakni, Ketupat dan janur tersebut dapat difilosofikan sebagai hawa nafsu manusia yang terbungkus oleh hati nurani. Dalam hal ini terdapat pengendalian sifat manusia yang harusnya bisa selalu dimaafkan dan termaafkan karena masih adanya kontrol berupa hati nurani tersebut. Mungkin juga kenapa  menu ketupat dalam setiap penyajianya selalu dibelah, dan setelah dibelah  tampaklah putih, seputih atau sesuci hati yang diharapkan kita semua. (ad)

 



from DETIK NEWS http://ift.tt/2s2nfeX
via IFTTT

Post a Comment

0 Comments

Close Menu